Lampiran : Keputusan
Direktur RS x Tentang Panduan Sedasi Di Rumah Sakit X
Nomor : / /2016
Tanggal : 2016
BAB
I
DEFINISI
Sedasi
adalah anestesi dimana obat diberikan untuk menenangkan pasien dalam suatu periode
yang dapat membuat pasien cemas, tidak nyaman, atau gelisah. Seringkali
diberikan kepada pasien segera sebelum pembedahan atau selama prosedur medis
yang tidak nyaman. Sedasi menggunakan obat-obatan sedatif.
Kategori
sedasi terbagi menjadi:
- Sedasi ringan / minimal (anxiolysis): kondisi dimana pasien masih dapat merespons
dengan normal terhadap stimulus verbal. Meskipun fungsi kognitif dan
koordinasi terganggu, ventilasi dan fungsi kardiovaskular tidak
terpengaruh
Contoh sedasi minimal adalah:
- Blok saraf perifer
- Anestesi lokal atau topikal
- Pemberian satu jenis obat sedatif/ analgetik oral
dengan dosis yang sesuai untuk penanganan insomnia, anxietas, atau nyeri.
- Sedasi sedang (pasien sadar): suatu kondisi depresi
tingkat kesadaran dimana pasien memberikan respons terhadap stimulus
sentuhan.
- Sedasi sedang merupakan suatu teknik untuk
mengurangi kecemasan dan ketidaknyamanan pasien selama menjalani prosedur
medis.
- Tidak diperlukan intervensi untuk mempertahankan
patensi jalan nafas, dan ventilasi spontan masih adekuat. Fungsi
kardiovaskular biasanya terjaga dengan baik.
- Selama tindakan sedasi sedang, dokter mengawasi
proses pemberian anestesi.
- Pemberian sedasi sedang melalui intravena.
- Pasien akan merasa setengah sadar dan mengantuk,
tetapi dapat segera bangun bila diajak bicara/ disentuh. Pasien mungkin
tidak akan mengingat dengan detil tahapan prosedur yang dilakukan.
- Pasien akan tetap dimonitor sebelum, selama, dan
setelah prosedur dilakukan.
- Persiapan pre-sedasi:
-
Nilai apakah pasien secara rutin mengkonsumsi alkohol,
obat-obatan anti depresan/ relaksan otot, atau obat tidur (karena dapat
menurunkan efektifitas obat anestesi)
-
Pasien menggunakan nassal kanule.
-
Pengukuran tanda vital (dicatat dalam rekam medis)
- Penilaian dan pencatatan selama proses anestesi:
-
Denyut dan irama jantung.
-
Tekanan darah
-
Saturasi oksigen dalam darah.
- Penilaian setelah prosedur:
-
Pasien diobservasi di ruang pemulihan selama 30 menit,
hingga efek anestesi menghilang.
-
Biasanya tidak ada efek lanjutan/ ikutan setelah
pemberian anestesi sedang. Akan tetapi terdapat kemungkinan terjadinya gangguan
dalamkonsentrasi, penilaian dalam membuat keputusan, reflek/ reaksi, dan
ingatan jangka pendek selama 24 jam paska anestesi.
- Pasien tidak diperbolehkan untuk mengemudi sehingga
diperlukan orang dewasa lainnya untuk mendampingi pasien pulang ke rumah.
- Pasien juga disarankan untuk tidak mengoperasikan
peralatan yang berbahaya, membuat keputusan penting, atau menandatangani
dokumen resmi apapun dalam 24 jam pasca anestesi.
- Jika pasien tidak didampingi oleh pengantarnya saat
tiba di rumah sakit/ klinik untuk menjalani prosedur, maka pasien tidak
akan diberikan sedasi / anestesi sedang. Pilihannya adalah menjalani
prosedur tanpa anestesi atau membatalkan prosedur tersebut.
- Sedasi dalam: suatu kondisi depresi tingkat
kesadaran dimana pasien memberikan respon terhadap stimulus berulang/
nyeri. Fungsi ventilasi spontan dapat terganggu/ tidak adekuat. Pasien
mungkin membutuhkan bantuan untuk mempetahankan potensi jalan nafas.
Fungsi kardiovaskular biasanya terjaga dengan baik.
Sedasi,
khususnya sedasi sedang dan dalam, menimbulkan resiko pada pasien. Oleh karena
itu sedasi harus mengguanakan definisi, kebijakan, dan prosedur yang jelas. Kadar
sedasi terjadi dalam suatu rangkaian proses dan kondisi seorang pasien dapat
berubah dari satu tingkat ke tingkar lainnya, berdasarkan obat-obatan yang
diberikan, rute, dan dosis pemberian. Yang perlu menjadi pertimbangan penting
antara lain kemampuan pasien untuk mempertahankan refleks protektif; jalan
nafas yang mandiri dan berkesinambungan; dan kemampuan untuk merespons
rangsangan fisik atau perintah lisan. Kebijakan dan prosedur sedasi
mengidentifikasi:
a.
Bagaimana perencanaan dilaksanakan, termasuk menetapkan
perbedaan penerapan sedasi antara populasi dewasa dan pediatrik atau
pertimbangan-pertimbangan khusus lainnya;
b.
Dokumentasi ysang diperlukan tim perawstan untuk bekerja
dan berkomunikasi secara efektif;
c.
Pertimbangan dan persetujuan khusus, jika sesuai;
d.
Frekwensi dan jenis persyaratan pemantauan pasien;
e.
Kualifikasi atau ketrampilan khusus staf yang terlibat
dalam proses sedasi; dan
f.
Ketersediaan dan pengguanaan peralatan khusus.
g.
Kualifikasi dokter, dokter gigi atau individu lain yang
bertanggung jawab akan pasien yang menerima sedasi sedang dan dalam juga
penting. Individu tersebut harus kompeten dalam teknik-teknik berbagai cara
sedasi;
h.
Pemantauan yang tepat;
i.
Respons terhadap komplikasi;
j.
Penggunaan zat antidotum; dan
k.
Setidaknya melakukan pertolongan pertama atau P3K
(pertolongan pertama pada kecelakaan) atau menggunakan alat-alat bantu
kehidupan yang mendasar.
BAB
II
RUANG
LINGKUP PELAYANAN SEDASI
INDIKASI
PENGGUNAAN OBAT-OBAT SEDATIF
Premedikasi
Obat-obat sedatifdapat
diberikan pada masa pre operatif untuk mengurangi kecemasan sebelum dilakukan
anestesi dan pembedahan. Seddasi dapat digunakan pada anak-anak kecil, pasien
dengan kesulitan belajar, dan orang yang sangat cemas. Obat-obat sedatif
diberikan untuk menambah aksi agen-agen anestetik. Pemilihan obat tergantung
pada pasien, pembedahan yang akan dilakukan dan keadaan-keadaan tertentu:
misalnya kebutuhan pasien dengan pembedahan darurat berbeda dibandingkan pasien
dengan pembedahan terencana atau pembedahan mayor. Penggunaan oral lebih
efektif dan benzodiazepin adalah obat yang paling banyak digunakan untuk
premedikasi.
Sedo-analgesia
Istilah
ini menggambarkan pengguanaan kombinasi obat sedatif dengan anestesi lokal,
misalnya selama pembedahan gigi atau prosedur pembedahan yang menggunakan blok
regional. Perkembangan pembedahan invasif minimal saat ini membuat teknik ini
lebih luas digunakan.
Prosedur
radologik
Beberapa
pasien terutama anak-anak dan pasien cemas tidak mampu mentoleransi prosedur
radiologis yang lama dan tidak nyaman tanpa sedasi. Perkembangan penggunaan
radiologi intervensi selanjutnya meningkatkan kebutuhan penggunaan sedasi dalam
bidang radiologi
Endoscopy
Obat-obat
sedatif umumnya digunakan untuk menhilangkan kecemasan dan memberi efek sedasi
dalam pemeriksaan dan intervensi endoskopi. Pada endoskopi gestrointestinal(
GI), Analgesik lokal biasanya tidak dapat digunakan, perlu pengguanaan
bersamaan obat sedatif dan opioid sistemik. Sinergisme antara kelompok
obat-obat ini secara signifikan meningkatkan resiko obstruksi jalan nafas dan
depresi ventilasi.
Terapi
intensif
Kebanyakan
pasien dalam masa kritis membutuhkan sedasi untuk memfasilitasi pengguanaan
ventilasi mekanik dan intervensi terapeutik lain dalam Unit Terapi Intensif
(ITU). Dengan meningkatnya penggunaan ventilator mekanik, pendekatan modern
yaitu dengan kombinasi analgesia yang adekuat dan sedasi yang cukup untuk
mempertahankan pasien dalam keadaan tenang tapi dapat dibangunkan.
Farmakokinetik dari tiap-tiap obat harus dipertimbangkan, dimana sedatif
terpakasa diberikan lewat infus untuk waktu yang lama pada pasien dengan
disfungsi organ serta kemampuan metabolisme dan ekskresi obat yang terganggu.
Beberapa
obat yang berbeda digunakan untuk menghasilkan sedasi jangka pendek dan jangka
panjang di ITU., termasuk benzodiazepin, obat anestetik seperti propofol, opioid,
dan agoni α2-adrenergik. Nilai skor sedasi selama perawatan masa
kritis telah dibuat sejak bertahun-tahun, tapi perhatian lebih berfokus
akhir-akhir ini pada pentingnya sedasi harian ‘holds’; strategi interupsi
harian denagan obat-obat sedasi menyebabkan lebih sensitifnya kebutuhan untuk
sedasi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi insiden terjadinya komplikasi
terkait pengguanaan ventilasi mekanik selama masa kritis dan untuk mengurangi
lama perawatan.
Suplementasi
terhadap anestesi umum
Penggunaannya
yaitu dari sinergi antara obat-obat sedatif dan agen induksi intravena dengan
teknik ko-indulsi. Penggunaan sedatif dalm dosis rendah dapat menghasilkan
reduksi signifikan dari dosis agen induksi yang dibutuhkan, dan dengan demikian
mengurangi frekwensi dan beratnya efek samping.
Sedasi
adalah suatu proses yang berkelanjutan/ kontinu sehingga tidsk selalu mungkin
untuk memprediksi bagaimana respons setiap pasien yang mendapat sedasi. Oleh
karena itu, petugas anestesi yang memberikan sedasi harus dapat melakukan
penanganan segera terhadap pasien yang efek sedasinya lebih dalam/ berat
daripada efek yang seharusnya terjadi.
|
Sedasi
ringan/ minimal (anxiolysis)
|
Sedasi
sedang (pasien sadar)
|
Seasi
berat/ dalam
|
Respons
|
Respon
normal terhadap stimulus verbal
|
Merespons
terhadap stimulus sentuhan
|
Merespons
setelah diberikan stimulus berulang/ stimulus nyeri
|
Jalan
nafas
|
Tidak
terpengaruh
|
Tidak
perlu intervensi
|
Mungkin
perlu intervensi
|
Ventilasi
spontan
|
Tidak
terpengaruh
|
Adekuat
|
Dapat
tidak adekuat
|
Fungsi kardiovaskuler
|
Tidak
terpengaruh
|
Biasanya
dapat dipertahankan dengan baik
|
Biasanya
dapat dipertsahankan dengan baik
|
Pelaksana
Prosedur Sedasi
- Tim seasi-anestesi melibatkan dokter dan non-dokter.
- Setiap anggota tim memiliki kewajiban untuk
mengidentifikasi mereka sendiri dan anggota tim lainnya secara akurat
kepada pasien dan keluarganya.
- Anestesiologis bettanggung jawab untuk mencegah agar
tidak terjadi salah penafsiran/ anggapan terhadap petugas non-dokter
sebagai dokter residen atau dokter umum.
- Tindakan/ layanan anestesi dilakukan oleh tim
sedasi-anestesi, termasuk pemantauan dan pelaksanaan tindakan anestesi.
- Instruksi diberikan oleh anestesiologis dan harus
berjalan dengan kebijakan dan regulasi pemerintah serta kebijakan rumah
sakit.
- Tanggung jawab keseluruhan terhadap kinerja tim dan
keselamatan pasien terletak pada anestesiologis.
- Anestesiologis harus mewujudkan keselamatan pasien
yang optimal dan memberikan pelayanan yang berkualitas kepada setiap
pasien yang menjalani tindakan sedasi-anestesi. Selain itu, anestesiologis
juga diharapkan memberikan pengajaran/edukasi kepada siswa anestesi.
- Berikut adalah anggota tim sedasi-anestesi:
a.
Dokter
·
Anestesiologis (spesialis anestesi) – Ketua Tim Sedasi-
Anestesi
Merupakan seorang dokter yang memiliki SIP dan telah menyelesaikan program
studi spesialisasi bidang anestesi yang terakreditasi.
·
Residen da Fellowship anestesiologi
Merupakan dokter / anestesiologis yang sedang mengikuti program pelatihan/
studi untuk memperoleh pendidikan tambahan dalam salah satu subdisiplin ilmu
anestesiologi.
·
Dokter umum dan dokter gigi
Merupakan dokter yang diberikan delegasi tanggung jawab pemberian sedasi
atau supervisi ketua tim sedasi-anestesi.
b.
Praktisi medis lain
·
Perawat anestesi
Merupakan perawat dengan SIP yang telah menyelesaikan program studi Perawat
Anestesi terakreditasi
·
Asisten anestesi
Merupakan profesional kesehatan yang telah menyelesaikan program studi
Asisten Anestesi terakreditasi.
·
Siswa perawat anestesi
Merupakan perawat dengan SIP yang sedang mengikuti prMerupakan perawat
dengan SIP yang sedang mengikuti program studi Perawat Anestesi terakreditasi.
·
Siswa asisten anestesi
Merupakan lulusan profesional kesehatan yang sedang mengikuti program studi
Asisten Anestesi terakreditasi
Pemilihan
Rute Pemberian Obat Sedasi
Oral
Pemberian
sedasi oral lebih nyaman dan tidak menyakitkan prosedurnya, namun umumnya dosi
harus lebih besar daripada dosis intravena karena obat harus melewati efek metabolisme first pass.
Rektal
Pemberian
sedasi melalui rektal adalah pemilihan bagi pasien yang dalam kondisi mual dan
muntah hebat. Metabolisme first pass di hati sebagian dihindari untuk
meningkatkan absorsi di distal usus. Dosis lebih kecil dari dosis pemberian
oral.
Absorbtion in the upper rectum adn colon is trough the
portal system and go trough first pass hepatic metabolism. Dapat
diberikan pada anak mualai dari usia 3 tahun ke atas. Midazolam dan ketamine
adalah salah satu jenis rektal sedasi.
Intramuskular
Sedasi
intramuskular adalah sedasi yang paling cepat onsetnnya dan mudah dilakukan.
Namun pemberian menimbulakan rasa sakit dan tidak nyaman. Sedasi intrsmuskular
dapat diberikan untuk anak-anak yang tidak kooperatif. Keterbatasan absorsi
tergantung dengan kecepatan aliran darah. Lokasi pemberian dapat dilakukan di
area deltoid, trisep, dan gluteal
muscles.
Intranassal
Sedasi
intranassal dapat langsung bekerja dalam sirkulasi sistemik tidak melalui efek
metabolisme first pass. Dosis lebih kecil dari dosis oral maupun rectal namun
durasi obat juga lebih cepat bekerjanya. Intranassal mudah dibetrikan namun
tidak dapat diberikan pada anak-anak dengan demam diatas 37oC.
Sedasi intranassal diantaranya midazolam, ketamine dan dexmedetomidine.
Inhalasi
Sedasi
inhalasi juga menjadi salah satu alternatif pilihan. Onset cepat dan durasi
lama serta dapat digunakan untuk anak-anak. Keterbatasan inhalasi adalah harus
menggunakan masker terutama untuk anak-anak usia di bawah 2 tahun. Sedasi
inhalasi diantaranya nitrous oksida.
Dasar
pemilihan sedasi berdasarkan farmakodinamik dan farmakokinetik
Ada 4
pernyataan mendasar bagi klinis dalam memilih obat sedasi bagi pasien yaitu:
1.
Efek apa yang paling diharapkan dalam penggunaan sedasi?
2.
Seberapa cepat onset kerja sedasinya?
3.
Seberapa lama durasi kerja sedasinya?
4.
Adakah efek samping sedasi yang tidak diharapkan dan
kontra indikasi lainnya?
Berikut
adalah daftar medikasi sedasi-anestesi yang dapat diberikan ke pasien sesuai
kriteria usia:
Nama obat
|
Golongan
|
Dosis pemakaian
|
Onset dan durasi
|
Reaksi dan efek samping
|
Antidotum efek samping
|
Midazolam
|
Benzodiazepine
|
Anak:
0,05-0,1 mg/kgBB
Dewasa:
50-100mg/kgBB
Tua>65
tahun: 25-50mg/kgBB
|
Onset
anak: <1 menit, durasi: 15-30 menit
Onset
dewasa: 1-3 menit
Onset
puncak: 5-7 menit
Durasi
obat; 20-30 menit
|
Respiratory
and cardiovascular depression, ataxia, dizziness, hipotensi, bradicardia,
blurred vision, and paradoxical agitasi
|
Flumazenyl
0,2 mg dan dapat diulang 1 menit kemudian
|
Lorasepam
|
Benzodiazepine
|
Anak:
0.05 mg/kgBB
Dewasa:
0.02-0.05 mg dapat diulang setiap 3-4 menit hingga max dosis 4mg
Tua>65
th: 0.02mg dapat diulang tiap 4 mnt hingga dosis max 4 mg
|
Onset
anak: 2-3menit, durasi: 1-3 jam
Onset
dewasa: 3-7 menit
Onset
puncak: 10-20 menit
Durasi
obat; 6-8 jam
|
Respiratory
and cardiovascular depression, ataxia, dizziness, hipotensi, bradicardia,
blurred vision, and paradoxical agitasi
|
Flumazenyl
0,2 mg dan dapat diulang 1 menit kemudian
|
Diazepam
|
Benzodiazepine
|
Anak:
0,1-0,15 mg/kgBB
Dewasa:
5mg dan dapat diulang setiap 5 menit hingga max dosis 20 mg
Tua>65
th: 2,5 mg dan dapat diulang tiap 5 mnt hingga dosis max 10 mg
|
Onset
anak: <1 menit dengan durasi: 15-30 menit
Onset
dewasa:1-5 menit
Durasi
obat; 1-8 jam
|
Respiratory
and cardiovascular depression, ataxia, dizziness, hipotensi, bradicardia,
blurred vision, and paradoxical agitasi
|
Flumazen
0,2 mg dan dapat diulang 1 menit kemudian
|
Fentanyl
|
Opioid
narkotik
|
Anak:
0,5-2 mcg/kgBB
Dewasa:
0.5-1mcg/kgBB diberikan dalam dosis 25-50 mcg hingga max dose of 250 mcg
Tua>65
th: 0,5-1 mcg/kgBB diberikan dalam dosis kecil 25 mcg hingga max 100 mcg
|
Onset
anak: 2-3 menit, durasi: 20-30 menit
Onset
dewasa: 1-2 menit
Onset
puncak: 10-15 menit
Durasi
obat; 30-60 menit
|
Hypotensi,
bradikardia, repirasi depresi, naucea, vomitus, konstipasi, billiar spasme
dan skin rash
|
Nalokson
0,4 mg dan dilanjutkan 0,1-0,2 mg bila perlu setiap 2-3 menit sekali
|
Meperidine
|
Opioid
narkotik
|
Dewasa:20-50
mg hingga dosis max 150 mg
Tua>65
th: 25 mg hingga dosis max 75 mg
|
Onset
dewasa: 5 menit
Onset puncak:
1 jam
Durasi
obat: 2-4 jam
|
Hypotensi,
bradikardia, repirasi depresi, naucea, vomitus, konstipasi, billiar spasme
dan skin rash, scizure untuk beberapa kondisi pasien dengan gangguan ginjal
|
Nalokson
0,4 mg dan dilanjutkan 0,1-0,2 mg bila perlu setiap 2-3 menit sekali
|
Morfin
|
Opioid
narkotik
|
Anak:
0.05-0,2 mg/kgBB
Dewasa:
2-4 mg dapat diulang setiap 3-4 menit hingga max dosis 10-20mg
Tua>65
th: 1-2 mg dapat diulang tiap 5 mnt hingga
max 10mg
|
Onset
anak: 5-10 menit, durasi: 3-4 jam
Onset
dewasa: 2-3 menit
Onset
puncak: 20 menit
Durasi
obat; 2-3 jam
|
Hypotensi,
bradikardia, repirasi depresi, naucea, vomitus, konstipasi, billiar spasme
dan skin rash
|
Nalokson
0,4 mg dan dilanjutkan 0,1-0,2 mg bila perlu setiap 2-3 menit sekali
|
Propofol
|
Hipnotik
gol. phenol
|
Dewasa:
10-20 mg dapat diulang setiap 5 menit hingga max dosis 100 mg
Tua>65
th: 10 mg dapat diulang tiap 5 mnt hingga
max 50mg
|
Onset 30
detik
Durasi
obat 10-15 menit
|
Hypotensi,
heart block, asystole, aritmia, bradikardi, infeksi jaringan, reaksi alergi
untuk pasien dengan riwayat alergi telur
|
|
Ketamine
|
Agen
arisiklo hexylamin
|
Dewasa:
0,2-1mg/kgBB dapat diulang hingga max dosis 2 mg/kgBB
Tua>65
th: 0,2-0,75 mg/kgBB dapat diulang hingga
max 2 mg/kgBB
|
Onset:
1-2 menit
Durasi
obat 15-30 menit
|
Reaksi
depresi SSP, halusinasi, delirium, hipertensi, tachycardia, peningkatan TI,
kejang tonik klonik, respirasi depresi
|
|
Tiopental
|
Barbiturat
|
Dewasa:
50-100mg hingga max dosis 3 mg/kgBB
Tua>65
th: 25-50 mg hingga max 2 mg/kgBB
|
Onset:
1-2 menit
Durasi
obat 10-30 menit
|
Hipotensi,
myocardial depresi, respirasi depresi dan SSP, naucea, vomiting, diare,
kramp, laryngospasme
|
|
Fenobarbital
|
Barbiturat
|
Dewasa:
100 mg dapat diulang 1-3 menit hingga max dosis 500 mg
Tua>65
th: 50 mg dapat diulang 1-3 menit hingga
max 250 mg
|
Onset:
<1 menit
Durasi
obat 15 menit
|
Hipotensi,
kardivaskuler depresi, respirasi depresi, naucea, vomitus, laryngospasme
|
|
NO2
|
Pelumpuh
sistem syaraf pusat
|
Dewasa :
25-50% NO2 dengan O2 via nassa mask.
Tidak
diperbolehkan untuk wanita hamil trimester I dan II (efek teratogen dan
abortus)
|
Onset:2-5
menit
|
Penggunaan
dalam jangka panjang mengakibatkan supresu sum-sum tulang dan disfungsi
neurologic.
Keterlambatan
perkembangan janin dan defisiensi vitamin B12 dan keterlambatan perkembangan
neurologis pada bayi
|
|
BAB
III
TATALAKSANA
PELAYANAN SEDASI
A.
Kebijakan
- RS X dilengkapi
dengan pelayanan sedasi ringan, sedang, hingga sedasi dalam.
- Setiap pasien yang dilakukan tindakan sedasi,
dilengkapi dengan formulir monitoring yang berisi kondisi dan tanda-tanda
vital pasien dari mulai pra-sedasi, durante sedasi hingga pasca-sedasi.
- Dokter penangging jawab pasien dapat memberikan
medikasi jenis sedasi ringann yang diawasi dan dipantau secar langsung
terhadap pasiennya.
- Pemberian medikasi yang bersifat sedasi sedang dan
sedasi dalam harus atas persetujuan atau dilakukan oleh dokter spesialis
anestesi baik di ruang instaasi operasi ataupun di ruang perawatan
lainnya.
- Unit rawat jalan yang memiliki kebutuhan akan sedasi
juga dilengkapi dengan persediaan antidot sedasi.
B.
Beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan sedasi
- Fasilitas dan alat: jenis obat sedasi, alat
penunjang sedasi, kondisi linkungan.
- Sumber daya manusia: petugas/ dokter yang berkompetensi, adanya training dan
pelatihan petugas yang mendukung keberhasilan sedasi.
- Regulasi: standart prosedural operasional, proses,
pengendalian mutu kerja
No
|
Level
|
Respon Pasien
|
1.
|
Analgetik
|
Menurunkan
stimulus rasa nyeri
|
2.
|
Sedasi
Ringan
|
Mengurangi
gelisah karena nyeri
|
3.
|
Sedasi
sedang
|
Menurunkan
kewaspadaan terhadap lingkungan
Mengurangi
ketidaknyamanan saat dilakukan tindakan dan masih mampu untuk bernafas
spontan dan mempertahanka jalan nafas
|
4.
|
Sedasi
dalam
|
Pasien
tidak merespon rangsang suara atau cahaya, sedikit pergerakan badan dan
kemungkinan hilang kemampuan reflek pertahanan
|
5.
|
General
anestesi
|
Hilangnya
respon stimulus nyeri maupun reflek
|
Penggolongan
Obat Sedasi dan Dosisnya :
Golongan obat
|
Sedasi ringan
|
Sedasi sedang
|
Sedasi dalam
|
Antagonis
H1
|
Doksilamin
1,5-2,5 mg
Tripennelamin
25-50 mg
Klofeniramin
4 mg
Bromfeniramin
4 mg
Hidroksizin
50-100 mg
Sinarizin
25 mg
Iproheptadin
4 mg
|
Klemastin
1,34-2,68 mg
Pirilamin
25-50 mg
|
Feniramin
12,25-25 mg
Dimenhidramine
50-100mg
Difenhidramin
25-50mg
Prometazin
25 mg
|
Barbiturat
|
|
|
Pentobarbital
100 mg (oral) 200 mg (IM)
|
Hipnotik
benzodiazepin
|
|
Flurazepam
15-30 mg
Temazepam
15-30 mg
Triazolam
1,25-5 mg
Lora
zepam 2-4 mg
|
|
Fenotiazin
alifatik
|
|
|
Clorpomazin
25 mg
|
Anti
ansietas
|
Diazepam
2-5 mg
Meprobamat
400 mg
|
Diazepam
10 mg
Meprobarnat
1,5 mg
|
|
Pre-Sedasi
Prosedur
pre-sedasi dilakukan untuk meningkatkan efek sedasi yang maksimal dan
meminimalisir efek samping dari sedasi sedang maupun sedasi dalam.
- Assesmen pasien meliputi riwayat dahulu, dan pemeriksaan
fisik pasien, pasien juga diberikan edukasi dan informasi terhadap pilihan
obat-obatan sedasi.
Dalam pre-sedasi, assesmen pasien meliputi:
a.
Pemeriksaan/ riwayat abnormalitas organ-organ vital
pasien
b.
Riwayat mendapat obat-obat sedasi sebelumnya terutama
anestesi regional atau anestesi umum.
c.
Riwayat reaksi alergi, pengobatan lama, dan konsumsi
obat-obatan yang mungkin dapat berreaksi dengan obat sedasi.
d.
Waktu atau jarak konsumsi obat terakhir.
e.
Riwayat merokok , alkohol atau zat aditif lainnya.
Pasien juga dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk dievaluasi hasil-hasil
pemeriksaan yang dapat mempengaruhi efek sedasi.
Pasien menandatangani dokumen persetujuan tindakan (informed concent) untuk
pelaksanaan sedasi.
- Konseling pasien.
Mengenai resiko, keuntungan, keterbatasan, dan alternatif yang ada.
- Puasa pre-prosedur
Dilakukan hanya untuk sedasi berat dimana pasien tidak memiliki respons
mempertahankan jalan nafas sendiri.
a.
Prosedur elektif :
mempunyai waktu yang cukup untuk pengosongan lambung.
b.
Situasi emergensi : berpotensi terjadi pneumonia
aspirasi, pertimbangan dalam menentukan tingkat/ kategori sedasi, apakah perlu
penundaan prosedur, dan apakah perlu proteksi trakea dengan intubasi.
PANDUAN
PUASA SEBELUM MENJALANI PROSEDUR MENURUT AMERICAN SOCIETY OF ANESTHESIOLOGIST
Jenis Makanan
|
Periode puasa minimal
|
Ciran
bening / jernih
Air Susu
Ibu (ASI)
Susu
formula untuk bayi
Susu
Sapi
Makanan
ringan
|
2 jam
4 jam
6 jam
6 jam
6 jam
|
Penggolongan
ASA:
ASA 1 :
Pasien sehat tanpa gejala sistemik.
ASA 2 : Pasien dengan riwayat penyakit sistemik terkontrol tanpa
gejala penyakitnya.
ASA 3 : Pasien dengan kondisi medis dan memiliki gejala sistemik
terhadap penyakitnya, dan keterbatasan funsi organ.
ASA 4 : Pasien dengan kondisi medis dengan gejala penyakit tidak
terkontrol dan disfungsi organ yang nyata.
ASA 5 : Pasien dengan kondisi medis kritis dengan angka harapan
hidup yang kecil
ASA 6 : Pasien dengan mati otak dilakukan anestesi untuk
kepentingan donasi organ
Durante
Sedasi
Data yang
harus dilenkapi selama prosedur sedasi dilakukan:
- Review ulang mengenai kondisi pasien sebelum
melakukan inisiasi tindakan sedasi
·
Reevaluasi pasien
·
Periksa kembali kesiapan dan kelengkapan peralatan, obat,
dan suplai oksigen
- Pemantauan pasien, berupa:
·
Tingkat kesadaran pasien (dinilai dari respons pasien
terhadap stimulus)
-
Respons menjawab (verbal) : menunjukkan bahwa pasien
bernafas
-
Hanya memberikan respons berupa refleks menarik diri (withdrawal): dalam sedasi berat/ dalam,
mendekati anestesi umum, dan harus segera ditangani.
·
Oksigenasi
-
Memastikan konsentrasi oksigen yang adekuat selama proses
sedasi.
-
Gunakan oksimetri denyut (pulse oximetry)
·
Respons terhadap perintah verbal (jika memungkinkan)
·
Ventilasi paru (observasi, auskultasi)
-
Jika terpasang ETT / LMA: pastikan posisi terpasang
dengan benar.
-
Kapnografi
·
Sirkulasi
-
Elektrokardogram (EKG)
-
Pemeriksaan analisis gas darah (AGD
-
Tekanan darah dan frekwensi denyut jantung setiap 15
menit
·
Temperatur tubuh
·
Dosis dan jenis obat yang digunakan, waktu dan jalur
pemberian obat, iddentifikasi efek samping obat.
·
Jenis dan jumlah cairan intravena yang digunakan,
termasuk produk darah serta waktu pemberiannya.
·
Teknik yang digunakan dan posisi pasien saat dilakukan
sedasi.
·
Peralatan untuk jalan nafas yang digunakan berikut teknik
dan lokasi pemasangannya.
·
Kejadia-kejadian tidak biasa yang terjadi selama
pemberian sedasi
- Pencatatan data untuk sedasi berat/ dalam:
·
Respons terhadapperintah verbal atau stimulus yang lebih
intens.
·
Pemantauan CO2 yang diekspirasi untuk semua pasien
·
EKG
Pada
pasien anak yang dilakukan sedasi, dokter anestesi harus sudah mempertimbangkan
ketepatan pemilihan obat sedasi yang akan diberikan sesuai dengan durasi
tindakan yang akan dilakukan. Beberapa jenis obat yang perlu dipersiapkan pada
saat durasi sedasi adalah :
-
Albuterol (2,5 mg/3ml)
-
Altropine Sulfat (0,4 mg/ml)
-
Calcium chloride (100 mg/ml)
-
Dextrose 50% (0,5 g/ml)
-
Diphenhydramine (50 mg/ml)
-
Ephinephrine 1: 1000 (1 mg/ml)
-
Ephinephrine 1: 10,000 (0,1 mg/ml)
-
Flumazenil (0,5 g/5 ml)
-
Lidocaine (100 mg/50 ml)
-
Naloxone (1 mg/ml)
-
Vecuronium (1 mg/ml)
Monitoring
Pasca Sedasi
Pemantauan
dan evaluasi sebelum, selama dan setelah pemberian sedasi dan analgesia yaitu
:
- Sebelum : status kesehatan, ketersediaan perangkat emergency
dan monitoring, klinisi terlatih dan rekam medis.
- Selama prosedur : terhadap protokol yang diberikan, tanda vital, tingkat sedasi,
saturasi oksigen, elektrokardiogram dan evaluasi laboratorium.
- Setelah prosedur/ recovery : sedasi hangka panjang perlu dievaluasi kemungkinan timbulnya withdrawal syndrome.
Penyebab
tersering tertundanya pulih sadar (belum sadar penuh setelah 30 menit post
anestesi umum) adalah pengaruh dari sisa obat anestesi, sedasi dan analgesi.
Pemberian naloxon (min 0,04 mg) dan flumazenil (min 0,2 mg) dapat mengembalikan
dan meniadakan efek dari opioid dan benzodiazepine dengan baik. Physostigmin
1-2mg mungkin mereverse sebagian sebagian dari efek lainnya. Stimulator saraf
dapat digunakan untuk menghilangkan blokade neuromuskuler pada para pasien yang
menggunakan ventilator mekanik karena volume tidalnya tidak spontan adekuat.
Penyebab
yang kuarng umum dari ketertundaan pulih sadar adalah hipotermi, tanda-tanda
gangguan metabolik, dan stroke perioperasi. Suhu tubuh < 33oC
berpengaruh terhadap anestesi dan sangat berperan terhadap terjadinya depresi
susunan saraf pusat. Alat penghangat udara yang kuat sangat efektif untuk
menaikkan suhu tubuh. Hipoksemia dan hiperkarbia dapat disingkirkan dengan
analisa gas darah. Hiperkalsemia, hipermagnesemia, hiponatremia, hipogklikemia
dan hiperglikemia adalah jarang dan itu memerlukan pemeriksaan laboratorium
untuk mendianosisnya.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan pada pasien paska pemberian obat sedasi-anestesi:
1.
Ada petugas/ perawat anestesi yang kompeten dalam
memonitor kondisi pasien pasca sedasi terutama pasca sedasi dalam dan anestesi
umum terutama tanda vital pasien, oksigenasi, saturasi, EKG, dan efek samping
yang timbul pasca sedasi.
2.
Pasien diobservasi hingga tidak didapat tanda-tanda
depresi kardiovaskuler.
3.
Dokter anestesi menentukan kriteria pasien dinyatakan
stabil dan dapat kembali ke ruang perawatan biasa setelah dilakukan tindakan
sedasi dalam terutama general anestesi.
4.
Dokter anestesi membuat kriteria pasien yang dapat pulang
dari perawatan pasca sedasi.
BAB IV
DOKUMENTASI
Dalam pelaksanaannya sedasi didokumentasikan dalam formulir
pemakaian obat – obatan dan teknik yang digunakan didokumentasikan dalam lembar
status sedasi (RM-IBS 10 – 14).
Formulir
ada dalam lampiran.
No comments:
Post a Comment