BAB I
DEFINISI
Pelayanan
Kesehatan maternal neonatal mengacu pada pelayanan kesehatan yang ditujukan
secara khusus kepada ibu dan bayi.
Pengelolaan
pelayanan kesehatan maternal neonatal merupakan pelayanan kesehatan yang
diberikan bagi ibu hamil yang bertujuan agar bayi yang akan dilahirkan dapat
sehat dan terhindar dari kecacatan dan pelayanan pada bayi sebelum bayi
dilahirkan melalui pemeriksaan ibu hamil sampai pada penanganan pasca
persalinan untuk menjamin kesehatan bayi.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pelayanan
kesehatan maternal neonatal di RS XXX meliputi
perawatan dan penanganan ibu hamil,melahirkan dan nifas serta bayi baru lahir
sampai usia 28 hari di poliklinik rawat jalan, IGD, kamar bersalin dan ruang
perinatologi.
Rumah
Sakit XXXX adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat jalan, rawat inap dan rawat gabung.
BAB III
TATA LAKSANA
A.
PROSEDUR
Pelayanan kesehatan maternal
neonatal dilakukan secara kerjasama tim dan dilakukan sesuai standar dengan
menggunakan perlatan yang tersedia memeniuhi ketentuan dan segala tindakan
terdokumentasi baik serta dilakukan monitoring evaluasi.
1.
PELAYANAN ANTENATAL
a.
Untuk
Ibu dalam menjaga kesehatan pada saat
hamil diperlukan kunjungan ke RUMAH SAKIT/bidan/puskesmas yang sebaiknya
dilakukan paling sedikit 4x selama masa kehamilan yaitu :
·
1x
pada Trimester 1
·
1x
pada Trimester 2
·
2x
pada Trimester 3
Setiap
kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat,oleh
karena itu ibu hamil memrlukan pemantauan selama kehamilannya.
b.
Pelayanan/asuhan
standar ANC termasuk “10 T” yaitu:
1.
(TIMBANG)
Berat badan dan ukur Tinggi Badan
2.
Ukur
(TEKANAN DARAH)
3.
Nilai
Status Gizi (ukur lila)
4.
Ukur
(TINGGI) fundus uteri
5.
Tentukan
Presentasi janin dan denyut jantung janin
6.
Skrining
status imuninasi tetanus dan pemberian imunisasi (TETANUS TOXOID) bila
diperlukan
7.
Pemberian
(TABLET) ZAT BESI minimal 90 tablet selama masa kehamilan
8.
Periksa
laboratorium (rutin dan khusus)
9.
Tatalaksana
atau pelayanan kasus
10.
(TEMU)
Wicara (konseling)
2.
PELAYANAN
INTRA PARTUM
a.
Pemantauan
keadaan ibu sebelum masuk dalam persalinan menggunakan partograf,termasuk juga
frekuensi dan durasi his.
b.
Pemantuan
keadaan bayi sebelum masuk dalam persalinan dengan menggunakan alat bantu
doppler /CTG
c.
Memantau
tanda dan gejala kala dua
d.
Menyiapkan
pertolongan persalinan
e.
Memastikan
pembukaan lengkap dan janin dalam kondisi baik
f.
Mempersiapkan
pertolongan kelahiran bayi : APD, Obat obatan,partus set
g.
Menolong
kelahiran bayi,meliputi :
·
Melahirkan
Kepala,dengan cara menyokong kepala bayi saat kepala bayi keluar perlahan lahan
dan menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
·
Melahirkan
bahu dengan posisi kedua tangan biparietal kepala bayi,tarik curam kebawah
untuk melahirkan bahu depan,kemudian tarik keatas untuk melahirkan bahu
belakang.
·
Melahirkan
badan bayi dan tungkai (Sanggah susur) dengan melahirkan tangan kemudian menyangga
punggung pada saat kaki bayi dilahirkan.
h.
Penanganan
Bayi Baru Lahir, meliputi:
·
Penilaian
bayi yang dilakukan secara cepat,bebaskan jalan nafas,kemudian letakkan bayi
diatas perut ibu
·
Lakukan
Inisias Menyusu Dini
·
Kulit
ibu dan kulit bayi bersentuhan langsung, bayi beri topi, selimut supaya tidak
mengalami hipotermi.
·
Lakukan
pemotongan tali pusat
·
Pada
fase ini juga dapat dilakukan tindakan yang sesuai apabila ditemukan
kegawatdaruratan pada bayi.
·
Bila
tidak ada tanda kegawatdaruratan maka tetap lakukan IMD.
i.
Melakukan
Manajemen aktif kala III yaitu Pemberian Oksitosin 10 unit secara Intra
muscular.
j.
Lakukan
PTT (Penegangan Talli pusat Terkendali) dengan cara Tangan kiri berada diatas
simfisis,menahan dan mendorong uterus kearah dorso kranial,tangan kanan menegangkan
tali pusat,apabila ada Tanda tanda pelepasan placenta yaitu ;
·
Uterus
globuler
·
Keluar
darah secara tiba tiba
·
Tali
pusat memanjang
k.
Lahirkan placenta dengan cara,pegang placenta
dg satu tangan kemudian memutar ke satu arah (searah) sampai placenta lahir
keseluruhan.
l.
Cek
kelengkapan Placenta(kotiledon dan selaputnya)
m.
Lakukan
heacting perineum apabila terdapat luka robek pada perineum
n.
Pantau
kontraksi dan perdarahan serta Tanda tanda vital (Pemantuan kala 4)
o.
Setelah
tindakan selesai,,bersihkan badan ibu,pakaikan pakaian bersih,dan observasi
perdarahan,tanda tanda vital ibu dan bayi tetap menyusu.
3.
PELAYANAN
BAYI BARU LAHIR
a.
Bila
tidak ada tanda kegawatdaruratan bayi,lakukan IMD dan langkah awal yaitu:
·
Penilaian
awal
·
Bersihkan
badan bayi
·
Bebaskan
jalan nafas
·
Jaga
kehangatan
·
Beri
injeksi Vitamin K1 0,5cc secara Intra muscular pada paha kanan
·
Lakukan
pemotongan tali pusat dengan cara: klem tali pusat kurang lebih 3-5cm dari
pangkal,kemudian urut dengan jarak 5cm jepit klem kedua,letakkan tali pusat
diatas telapak tangan dan lakukan pemotongan tali pusat (2 jari melindungi
tubuh bayi dari gunting)
·
Jaga
kehangatan tubuh bayi supaya tidak terjadi hipotermi
b.
Bila
bayi selesai IMD, pindahkan bayi ke ruang neonatus
c.
Lakukan
pengukuran antropometri bayi,dan cek apakah ada kelainan di tubuh bayi
d.
Lakukan
perawatan tali pusat
e.
Pantau
Tanda tanda vital setiap 2 jam
f.
Mandikan
bayi setelah 4-6 jam bila kondisi bayi stabil
g.
Antar
bayi untuk rooming in dan tetap anjurkan untuk menyusui ekslusif.
Berikan
penjelasan kepada orang tua bayi tentang rencana pemberian imunisasi hepatitis B-0.
4.
PELAYANAN
PASCA PERSALINAN dan NIFAS
Pelayanan maternal neonatal
termasuk pelayanan normal(pemeriksaan fisik,perawatan ibu dan bayi dan
pelayanan imunisasi), nutrisi matenal (obat tambah darah dan vitamin A).
Tatalaksana komplikasi setelah stabilisasi maupun merujuk. Pelayanan maternal
pasca persalinan dan nifas meliputi :
a.
Observasi
perdarahan dan kontraksi uterus
b.
Berikan
konseling pada pasien dan keluarga tentang :
·
Pelayanan
kontrasepsi
·
Pengaturan
jarak kehamilan
·
Perawatan
bayi dirumah yang meliputi perawatan tali pusat,kebersihan,pemberian ASI
ekslusif
·
Jelaskan
tanda bahaya komplikasi pada ibu dan bayi,komplikasi ibu yaitu
demam,penglihatan tiba tiba kabur,kejang pada ibu,perdarahan banyak,sakit
kepala hebat.
·
Komplikasi/Tanda
bahaya pada bayi : demam,bayi tidak mau menyusu,kejang,badan dan mata bayi
tampak kuning,tali pusat bau dan basah,bayi lemah
·
Pentingnya
Nutrisi pada ibu,,supaya produksi asi banyak dan lancar sehingga tercapai ASI
ekslusif
·
Perawatan
Luka pada perineum
·
Kontrol
ibu dan bayi ke RS
5.
PELAYANAN
PENANGANAN KEGAWATAN OBSTETRI DAN NEONATAL
Disamping
standar pelayanan dasar, ditambahkan beberapa standar penanganan kegawatan
obstetri neonatal. Bidan diharapkan mampu melakukan penanganan keadaan gawat
darurat obstetri neonatal tertentu untuk penyelamatan jiwa ibu dan bayi.
a.
Pertolongan
Persalinan dengan Distosia Bahu
I.
PENDAHULUAN
1)
Perkenalkan
diri petugas dan Identifikasi pasien.
2)
Jelaskan
pada pasien tindakan apa yang akan dilakukan.
3)
Beri
informasi, edukasi, informed choice
dan informed consent kepada pasien
dan keluarga, tentang prosedur yang akan dilakukan pada pasien. Jika pasien tidak sadar terangkan
pada keluarganya.
4)
Dapatkan
persetujuan tindakan medis.
5)
Bantu dan usahakan
pasien dan keluarganya siap secara mental.
6)
Cek
kemungkinan alergi dan riwayat medis yang diperlukan.
7)
Siapkan
contoh darah untuk pemeriksaan hemoglobin dan golongan darah.
PASIEN
8)
Mengatur
posisi pasien menjadi litotomi
9)
Cuci
tangan 6 langkah
10)
Bersihkan
perut bawah dan lipat paha
11)
Pasang
infus dan siapkan kain alas bokong, penutup perut bawah dam sarung kaki serta
larutan antiseptik
12)
Kosongkan
kandung kemih
13)
Periksa
fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi kardiopulmoner (termasuk oksigen
dan regulator)
14)
Instrumen
dan medikamentosa
PENOLONG
15)
Topi,
masker, kacamata pelindung, pelapis plastik (apron), baju dan alas kaki kamar
tindakan
16)
Sarung
tangan DTT/Steril
17)
Instrumen
18)
Kala
II sedang berlangsung
BAYI
19)
Instrumen
dan medikamentosa untuk resusitasi neonatus
20)
Oksigen
dan regulator
II. TINDAKAN
21)
Pakai sarung tangan DTT atau steril
22)
Desinfeksi
genetalia eksterna
23)
Lakukan episiotomi secukupnya
24)
Lakukan
manuver McRobert’s
a)
Dengan posisi ibu berbaring pada punggungnya, minta ibu
untuk menarik kedua lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya. Minta dua asisten
untuk membantu ibu
b)
Tekan kepala bayi secara mantap dan terus-menerus ke arah
bawah (ke arah anus ibu) untuk menggerakkan bahu anterior di bawah simfisis
pubis. Hindari tekanan yang berlebihan pada kepala bayi karena mungkin akan
melukainya
c)
Secara bersamaan mintalah salah satu asisten untuk
memberikan sedikit tekanan suprapubis ke arah bawah dengan lembut. Jangan
lalukan dorongan pada fundus, karena akan mempengaruhi bahu lebih jauh dan bisa
menyebabkan ruptura uteri
25)
Jika
bahu tetap tidak lahir, lakukan manuver Massanti dengan : Tangan diatas
simfisis dan menekan kearah dada (mengecilkan diameter bahu) tidak berlawanan.
26)
Jika
bahu tetap tidak lahir, lakukan manuver Rubin dengan : Masukkan tangan penolong
pada bahu depan sampai skapula dan bahu ditekan kearah dada untuk dibebaskan.
27)
Jika
bahu belum lahir, lakukan manuver Crorksrew Woods dengan :
a)
Masukkan
dua jari tangan di bagian depan bahu belakang untuk mengeluarkan bahu belakang
janin
b)
Minta
asisten untuk melakukan penekanan supra simfisis ke arah bawah
c)
Memutar
bahu belakang bayi dengan kedua jari tangan penolong kearah depan sehingga
lahir bahu belakang,
d)
Masih
diikuti dengan penekanan supra simfisis ke arah bawah, dilakukan putaran
berlawanan dengan arah putaran pertama sehingga akan menyebabkan bahu depan
dapat melewati simfisis.
28)
Manuver
Schwarts & Dixon
a)
Masukkan
tangan penolong pada bahu belakang dimulai dari scapula, humerus sampai fossa
cubitti
b)
Setelah
terjadi fleksi tangan, keluarkan lengan dari vagina (menggunakan jari telunjuk
untuk melewati dada dan kepala bayi atau seperti mengusap muka bayi) kemudian
tarik hingga bahu belakang dan seluruh lengan belakang dapat dilahirkan.
c)
Bahu
depan dapat lahir dengan mudah setelah bahu dan lengan belakang dilahirkan.
d)
Bila
bahu depan sulit dilahirkan, putar bahu belakang ke depan (jangan menarik
lengan bayi tetapi dorong bahu posterior) dan putar bahu depan ke belakang
(mendorong anterior bahu depan dengan jari telunjuk dan jari tengah operator)
mengikuti arah punggung bayi sehingga bahu depan dapat dilahirkan.
29)
Melakukan
manajemen aktif kala III
30)
Perhatikan
pendarahan yang terjadi dan eksplorasi kemungkinan laserasi jalan lahir. Jika
terjadi laserasi/luka episiotomi lakukan penjahitan.
31)
Dekontaminasi
alat dan pencegahan infeksi pasca tindakan.
III.
PASCA TINDAKAN
32)
Asuhan
kala IV
33)
Lakukan
pemeriksaan dan pengawasan nifas
DEKONTAMINASI
34)
Sementara
masih menggunakan sarung tangan, masukkan bahan dan instrument yang akan
dipergunakan lagi kedalam wadah yang mengandung klorin 0,5%
35)
Buang
bahan habis pakai kedalam tempat sampah yang tersendiri, mengandung larutan
klorin 0,5%
36)
Bersihkan
bagian-bagian yang tercemar darah atau cairan tubuh dengan klorin 0,5%
37)
Bersihkan sarung tangan dengan klorin 0,5%, kemudian
lepaskan secara terbalik dan rendam dalam larutan tersebut.
CUCI
TANGAN PASCA TINDAKAN
38)
Setelah
melepas sarung tangan, cuci kembali tangan sampai siku dengan sabun dibawah air
mengalir
39)
Keringkan tangan dengan handuk/tissue yang bersih
PERWATAN
PASCA TINDAKAN
40)
Periksa kembali tangan vital pasien, segera lakukan
tindakan dan isntruksi bila diperlukan
41)
Catat
kondisi pasien pasca tindakan dan buat laporan tindakan didalam kolom yang
tersedia pada cacatan medis penderita.
42)
Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting
yang memerlukan pengawasan ketat.
43)
Beritahukan
pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selsai dilaksananakan dan
masih perlu melakukan perawatan.
44)
Bersama
petugas yang akan melakukan perawatan, jelaskan perawatan apa yang masih perlu
dilakukan, lama perawatan, serta laporkan pada petugas jika
ada keluhan gangguan pasca tindakan.
45)
Tegaskan
pada petugas yang merawat untuk menjalankan instruksi perawatan dan pengobatan serta laporkan
segera bila pada pemantauan lanjut ditemukan perubahan-perubahan yang ditulis
dalam catatan pasca tindakan.
46)
Pendokumentasian
b.
Pertolongan
Persalinan Sungsang
I. PENDAHULUAN
1)
Perkenalkan
diri petugas dan Identifikasi pasien.
2)
Jelaskan
pada pasien tindakan apa yang akan dilakukan.
3)
Beri
informasi, edukasi, informed choice
dan informed consent kepada pasien
dan keluarga, tentang prosedur yang akan dilakukan pada pasien. Jika pasien tidak sadar terangkan
pada keluarganya.
4)
Dapatkan
persetujuan tindakan medis.
5)
Bantu dan
usahakan pasien dan keluarganya siap secara mental.
6)
Cek
kemungkinan alergi dan riwayat medis yang diperlukan.
7)
Siapkan
contoh darah untuk pemeriksaan hemoglobin dan golongan darah.
II. PERSIAPAN
PASIEN
8)
Mengatur
posisi pasien menjadi litotomi
9)
Cuci
tangan 6 langkah
10)
Bersihkan
perut bawah dan lipat paha
11)
Pasang
infus dan siapkan kain alas bokong, penutup perut bawah dan sarung kaki serta
larutan antiseptik
12)
Kosongkan
kandung kemih
13)
Periksa
fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi kardiopulmoner (termasuk oksigen
dan regulator)
14)
Instrumen
dan medikamentosa
PENOLONG
15) Topi, masker, kacamata
pelindung, pelapis plastic, baju dan alas kaki kamar tindakan
16) Sarung tangan DTT/Steril
17) Instrumen
BAYI
18) Instrumen dan
medikamentosa untuk resusitasi neonatus
19) Oksigen dan regulator
III. TINDAKAN
20) Melakukan pemeriksaan
dalam untuk menilai posisi, pembukaan dan turunnya bokong adakah hal-hal lain
21) Menginstruksikan
pasien agar meneran dengan benar selama ada his
22) Melakukan episiotomi saat
bokong membuka vulva dan perineum sudah tipis
23) Cara melahirkan bayi:
a)
Cara
Bracht
1)
Segera bokong lahir, bokong dicekam secara Bracht
yaitu kedua ibu jari penolong sejajar dengan panjangnya paha sedangkan
jari-jari yang lain memegang daerah panggul. Sementara langkah ini dilakukan,
seorang asisten melakukan parasat Wigand M. Winckel
2) Melonggarkan
tali pusat saat tali pusat lahir dengan jari
3) Dorongan
kristeler pada fundus uteri dimulai bersamaan dengan tindakan hiperlordosis
4) Lakukan
hiperlordosis janin pada saat angulus scapula inferior tampak di bawah simpisis, dengan mengikuti
gerak rotasi anterior yaitu punggung janin didekatkan kearah perut ibu tanpa
tarikan, hanya di sesuaikan dengan lahirnya badan bayi.
5) Letakan
bayi di perut ibu, bungkus bayi dengan handuk hangat, bersihkan jalan nafas
bayi oleh asisten, tali pusat di potong.
6) Selanjutnya
bayi didekatkan pada ibu untuk menyusui
(kontak dini)
7) Apabila
anak lahir sampai pusat tak maju lagi, maka Bracht dinyatakan gagal dan bahu
dapat dilahirkan secara klasik, muller, atau lovset serta kepala secara
mauriceau. Sejak
tali pusat lahir sampai bayi lahir tidak boleh lebih dari 8 menit.
b)
Cara
klasik
1) Prinsip:
melahirkan bahu belakang terlebih dahulu
2) Pengeluaran
bahu dan tangan secara klasik dilakukan bila dengan bracht bahu dan tangan
tidak bias lahir.
3) Segera
setelah bokong lahir, bokong dicekam dan dilahirkan sehingga bokong dan kaki
dan kaki lahir
4) Tali pusat dikendorkan
5)
Bila
punggung janin kiri, dengan tangan kiri
6)
Memegang
kaki pada pergelangan kaki dengan satu tangan dan menariknya keatas (dengan tangan kiri dan menariknya kearah
kanan atas ibu, untuk melahirkan bahu
kanan bayi yang berada di belakang, atau dengan tangan kanan bila punggung
janin kanan, dan menarikya kearah kiri atas ibu
untuk melahirkan bahu kiri bayi yang berada dibelakang).
7)
Setelah
bahu dan lengan belakang lahir kedua kaki ditarik kearah bawah kontralateral
dari langkah sebelumnya untuk melahirkan bahu dan lengan bayi depan dengan cara
yang sama
c)
Cara
muller
1)
Prinsip
: melahirkan bahu depan lebih dahulu
2)
Pengeluaran
bahu dan lengan secara muller dilakukan jika dengan bracht, bahu dan lengan
tidak bias lahir
3)
Melahirkan
bahu depan terlebih dahulu dengan menarik kaki dengan cara yang sama sperti
klasik, curam kea rah bawah kontralateral dari letak bahu depan
4)
Setelah
bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan langkah yang sama untuk melahirkan bahu
dan lengan belakang
d)
Cara
lovset (dilakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit dibelakang kepala/
nuchal arm)
1)
Setelah
bokong dan kaki bayi lahir, badan bayi dipegang dengan kedua tangan
2)
Memutar
bayi 180 derajat dengan lengan bayi yang terjungkit kearah penunjuk jari tangan
yang menjungkit
3)
Memutar
kembali 180 derajat kearah yang berlawanan ke kiri/ke kanan, beberapa kali
hingga kedua bahu dan lengan bayi lahir tidak menjungkit, selanjutnya bahu dan
lengan dilahirkan secara klasik/muller
e)
Ektraksi
kaki
1)
Dilakukan
bila kala II tidak maju atau tampak keadaan janin/ibu yang mengharuskan bayi
segera dilahirkan
2)
Tangan
kanan masuk secara obstetric menelusuri bokong pangkal paha sampai lutut,
kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawh
menjadi fleksi, tangan yang lain menjadi fundus kebawah. Setelah kaki fleksi
pergelangan kaki dipegang dengan dua jari dan dituntun keluar dari vagina
sampai batas lutut.
3)
Kedua
tangan penolong memegang betis janin , yaitu kedua ibu jari diletakkan di
belakang betis sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari lain di depan betis,
kaki ditarik curam ke bawah sampai pangkal paha lahir.
4)
Pegangan
dipindahkan ke pangkal paha setinggi mungkin dengan kedua ibu jari di belakang
paha, sejajar sumbu pajang pahadan jari lain di depan paha.
5)
Pangkal
paha ditarik curam ke bawah sampai trokhanter depan lahir. Kemudian pangkal
paha dengan pegangan yang sama dielevasi ke atas hingga trokhanter telah lahir
berarti bokong lahir.
6) Sebaliknya bila kaki
belakang yang dilahirkan lebih dahulu, maka yang akan lahir lebih dahulu ialah
trokhanter belakang dan untuk melahirkan trokhanter depan maka pangkal paha
ditarik retus curam ke bawah.
7) Setelah bokong lahir maka
dilanjutkan cara “b” atau “c” atau “d”
f)
Tehnik
ekstraksi bokong
1)
Dikerjakan
jika presentasi bokong murni dan bokong sudah turun di dasar panggul, bila kla
II tidak maju atau tampak keadaan janin/ibu yang mengharuskan bayi segera
dilahirkan.
2) Jari telunjuk penolong
yang searah dengan bagian kecil janin, dimasukkan kedalam jalan lahir dan
diletakkan di lipatan paha bagian depan. Dengan jari ini lipat paha /
Krista iliaka dikait dan ditarik curam ke bawah. Untuk memperkuat tenaga
tarikan ini, maka tangan penolong yang lain mencekam pergelangan tadi dan turun
menarik curam ke bawah.
3) Bila
dengan tarikan ini trokhanter depan mulai tampak dibawah simpisis, maka jari
telunjuk penolonh yang lain mengait lipatan paha ditarik curam ke bawah sampai
bokong lahir.
4) Setelah
bokong lahir, byi dilahirkan secara “b” atau “c” atau “d”
5)
Ekstraksi bokong lebih berat/sukar dari pada ekstraksi
kaki. Oleh karena itu perlu dilakukan perasat Pinnard pada presentasi bokong
murni.
24)
Cara
melahirkan kepala bayi
Cara
Mauriceau (dilakukan bila bayi dilahirkan secara manual aid atau bila dengan
Bracht kepala belum lahir).
a)
Pada
punggung anak di sebelah kiri, badan anak ditunggangkan pada lengan kiri bagian
volair dan sebaliknya.
b) Jari
tengah dimasukkan di mulut dan jari telunjuk dan jari ke empat menekan fosa
kanina di maksilla
c) Tangan yang lain
memegang/mencengkam bahu dan tengkuk bayi.
d) Menugaskan
seorang asisten menekan fundus uteri secara kristeler
e) Bersamaan
dengan his asisten menekan fundus uteri penolong persalinan melakukan tarikan
ke bawah sesuai arah sumbu jalan lahir dibimbing jari yang dimasukkan untuk
menekan dagu/mulut. Bila suboksiput tampat dibawah simpisis kepala janindielevasi
ke atas dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga lahir dagu mulut dan
kepala keseluruhan.
f) Pengeluaran
kepala bayi dengan fosfer pipper dikerjakan kalau pengeluaran kepala bayi
dengan Bracht/Mauriceau gagal. Caranya tangan dan badan bayi dibungkus kain
steril, diangkat ke atas, forsep pipper dipasang melintang terhadap
panggul dan kepala kemudian ditarik.
25)
Lahirkan
plasenta secara spontan atau manual apabila ada indikasi
26)
Luka episiotomi/robekan perineum dijahit
27)
Pemberian obat-obatan sesuai keperluan
IV. PASCA
TINDAKAN
28)
Awasi
kala IV
29)
Lakukan
pemeriksaan dan pengawasan nifas
DEKONTAMINASI
30)
Sementara
masih menggunakan sarung tangan, masukkan bahan dan instrument yang akan
dipergunakan lagi kedalam wadah yang mengandung klorin 0,5%
31)
Buang
bahan habis pakai kedalam tempat sampah yang tersendiri, mengandung larutan
klorin 0,5%
32)
Bersihkan
bagian-bagian yang tercemar darah atau cairan tubuh dengan klorin 0,5%
33)
Bersihkan sarung tangan dengan klorin 0,5%, kemudian
lepaskan secara terbalik dan rendam dalam larutan tersebut.
CUCI
TANGAN PASCA TINDAKAN
34)
Setelah
melepas sarung tangan, cuci kembali tangan sampai siku dengan sabun dibawah air
mengalir
35)
Keringkan tangan dengan handuk/tissue yang bersih
PERWATAN
PASCA TINDAKAN
36)
Periksa kembali tangan vital pasien, segera lakukan
tindakan dan isntruksi bila diperlukan
37)
Catat
kondisi pasien pasca tindakan dan buat laporan tindakan didalam kolom yang
tersedia pada cacatan medic penderita.
38)
Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting
yang memerlukan pengawasan ketat.
39)
Beritahukan
pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selsai dilaksananakan dan
masih perlu melakukan perawatan.
40)
Bersama
petugas yang akan melakukan perawatan, jelaskan perawatan apa yang masih perlu
dilakukan, lama perawatan, serta laporkan pada petugas jika
ada keluhan gangguan pasca tindakan.
41)
Tegaskan
pada petugas yang merawat untuk menjalankan instruksi perawatan dan pengobatan serta laporkan
segera bila pada pemantauan lanjut ditemukan perubahan-perubahan yang ditulis
dalam catatan pasca tindakan.
42)
Pendokumentasian
c.
Kehamilan
Ektopik Terganggu
Kehamilan
ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rahim (uterus). Hampir 95%
kehamilan ektopik terjadi di berbagai segmen tuba Falopii, dengan 5%
sisanya terdapat di ovarium, rongga peritoneum atau di dalam serviks. Apabila
terjadi ruptur di lokasi implantasi kehamilan, maka akan terjadi keadaan
perdarahan masif dan nyeri abdomen akut yang disebut kehamilan ektopik
terganggu.
1)
Cuci
tangan 6 langkah.
2)
Perkenalkan
diri petugas dan Identifikasi pasien.
3)
Jelaskan
pada pasien tindakan apa yang akan dilakukan.
4)
Beri
informasi, edukasi, informed choice
dan informed consent kepada pasien
dan keluarga.
5)
Pasang
IVFD.
6)
Berikan
antibiotik profilaksis
7)
Restorasi
cairan tubuh dengan cairan kristaloid NaCl 0,9% atau Ringer Laktat (500 mL
dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam pertama.
8)
Segera
uji silang darah dan persiapan laparotomi.
9)
Saat
laparotomi, lakukan eksplorasi kedua ovarium dan tuba fallopii:
a)
Jika
terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan salpingektomi (eksisi bagian tuba
yang mengandung hasil konsepsi)
b)
Jika
terjadi kerusakan ringan pada tuba, usahakan melakukan salpingostomi untuk
mempertahankan tuba (hasil konsepsi dikeluarkan, tuba dipertahankan)
10)
Perawatan
pascabedah :
a)
Periksa
tekanan darah, nadi dan pernafasan, diukur jumlah urin yang tertampung di
kantung urin dan jumlah perdarahan selama operasi, kadar haemoglobin.
b)
Buat
laporan operasi tentang jenis KET dan jenis operasional serta keadaan tuba dan
ovarium sisi lainnya dan cantumkan hasilnya pada lembar laporan tersebut.
c)
Buat
instruksi perawatan yang meliputi :
i. Jadwal pemeriksaan tanda
vital dan ukur input-output.
ii. Jenis pengobatan dan
gejala-gejala yang harus diwaspadai.
iii. Kebutuhan tranfusi,
mobilisasi, dan realimentasi.
11)
Sebelum
memulangkan pasien, berikan konseling untuk penggunaan kontrasepsi. Jadwalkan
kunjungan ulang setelah 4 minggu. Atasi anemia dengan pemberian tablet
besi sulfas ferosus 60 mg/hari selama 6 bulan.
12)
Dokumentasi.
d.
Ketuban
Pecah Dini (KPD)
Ketuban
pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan atau
dimulainya tanda inpartu
1)
Cuci
tangan 6 langkah.
2)
Perkenalkan
diri petugas dan Identifikasi pasien.
3)
Jelaskan
pada pasien tindakan apa yang akan dilakukan.
4)
Beri
informasi, edukasi, informed choice
dan informed consent kepada pasien dan
keluarga.
5)
Pasang IVFD.
6)
Nilai tanda – tanda infeksi (tanda vital, lekosit, tanda-tanda
infeksi intrauterin.
7)
Berikan antibiotika (ampisilin 4 x 500mg atau eritromisin bila
tak tahan ampisilin) dan metronidazol 2 x 500mg selama 7 hari.
8)
Rawat Konservatif
a) Usia
kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau
sampai air ketuban tidak keluar lagi.
b) Usia
kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif :
beri deksamethason, observasi tanda tanda infeksi, dan kesejahteraan janin.
Terminasi pada usia 37 minggu.
c) Usia
kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik
(salbutamol), deksamethason, dan induksi setelah 24 jam.
d) Jika usia
32-37 minggu, ada infeksi, beri tokolitik dan lakukan induksi.
e) Pada usia
32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan paru janin, dan kalau
memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin setiap minggu. Dosis
betametason 12mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, dexamethason IM 5mg setiap
6 jam sebanyak 4 kali.
9)
Rawat
aktif
a) Kehamilan
>37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat pula
diberikan misoprostol
intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
b) Bila ada
tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi, dan persalinan diakhiri
bila :
·
Skor pelvik <5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi.
Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
·
Skor pelvik >5, induksi persalinan, partus pervaginam.
10)
Dokumentasi
e.
6.
PELAYANAN
RUJUKAN MATERNAL NEONATAL
Bila
pasien maternal neonatal tidak dapat ditangani sendiri segera rujuk kepelayanan kesehatan yang lebih
lengkap,harus ada koordinasi yang mudah sehingga tidak menghambat proses
rujukan.
Rujukan
internal Rumah sakit dan mekanisme kerja sesuai dengan standar yang berlaku di
RSGH.
Rujukan
eksternal mengikuti mekanisme rujukan sesuai jenjang pelayanan.
PERSIAPAN
RUJUKAN PASIEN :
a.
Menyiapkan
alat,obat dan petugas yang terlatih untuk mendampingi pasien
b.
Memberi
penjelasan kepada pasien dan keluarga alasan dirujuk dan segala tindakan yang
dilakukan adalah untuk menyelamatkan ibu dan bayi.
c.
Pada
saat merujuk harus disertakan :
·
Riwayat
penyakit
·
Tindakan
atau pengobatan yang sudah diberikan
·
Surat
rujukan
·
Persetujuan
dari pasien dan keluarga tentang rujukan
B.
PENUTUP
Semoga Panduan ini dapat
dipergunakan oleh bagian terkait di RS XXX dan membawa
kebaikan dalam memberikan pelayanan kesehatan maternal neonatal dalam upaya
menurunkan AKI dan AKB.
No comments:
Post a Comment